Rabu, 03 Juni 2015

Cara Menghadapi Bencana Alam

Cara Menghadapi Bencana Alam


Masing-masing bencana alam memiliki karakteristik berbeda. Kita harus mengetahui tanda-tandanya dan cara menyelamatkan diri dari bencana alam. Usaha yang dapat dilakukan dalam meghadapi bencana alam adalah dengan mitigasi.
Mitigasi adalah usaha-usaha yang bersifat fisik dan non-fisik dalam menghadapi bencana alam. Persiapan fisik dapat berupa penataan atau bangunan. Misalnya membuat bangunan yang tahan terhadap gempa. Sedangkan persiapan non-fisik adalah pendeteksian datangnya gejala alam melalui Badan Meteorologi Geofisika (BMG), mengetahui cara mengenali gejala alam, dan reaksi dalam menghadapi bencana alam.
Berikut penjelasan tentang cara menghadapi beberapa bencana alam. 

A.   Cara menghadapi banjir
 
Bencana banjir sering melanda banyak daerah di Indonesia. Curah hujan yang tinggi, penggundulan hutan, genangan sampah, dan banyaknya pemukiman warga di bantaran sungai, menjadi penyebab terjadinya banjir.
Dampak dari banjir tidak hanya melumpuhkan kegiatan masyarakat, tetapi juga menimbulkan penyakit seperti diare dan penyakit kulit. Selain itu bencana banjir juga dapat mengakibatkan korban jiwa.
Hal-hal yang dilakukankan apabila terjadi banjir adalah
·         melakukan evakuasi atau pengungsian ke tempat yang aman
·         mengamankan barang-barang berharga untuk menghindari pencurian
·         pintu air pengaman di tanggul sungai harus dibuka agar tidak jebol
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya banjir, yaitu :
1.    Melakukan Reboisasi
Reboisasi adalah penghijauan kembali hutan yang gundul. Menanam pohon kembali pada daerah yang gundul.
2.    Tidak menebang pohon di hutan secara sembarangan
Hutan merupakan daerah penyerapan air. Apabila hutan gundul, maka akar-akar pohon yang seharusnya menyerap air hujan yang turuntidak ada lagi sehingga air tersebut akan langsung mengalir ke daerah yang lebih rendah.
3.    Menerapkan system tebang pilih
System tebang pilih maksudnya jika menebang kayu di hutan, perhatikan ukuran dan usia kayu tersebut.
4.    Tidak melakukan peladangan berpindah
Peladangan berpindah adalah kegiatan menebang pohon-pohon besar untuk membuka lading baru tanpa menanam pohon pengganti.
5.    Tidak membuang sampah sembarangan.
Seperti membuang sampah ke sungai, selokan, atau di saluran air. Perbuatan ini dapat menyumbat aliran air sehingga air meluap dan akan mengakibatkan terjadinya banjir.
6.    Membuat kawasan hutan lindung.
B.   Cara menghadapi gunung meletus 

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi terjadinya bencana gunung  meletus, antara lain :
·         Menjauh dari area sekitar gunung
·  Selalu memantau informasi perkembangan aktivitas gunung api yang disampaikan BMG
·         Melakukan persiapan  untuk evakuasi
C.   Cara menghadapi gempa bumi 


Beberapa hal yang dapat dilakukan ketika terjadi gempa bumi, yaitu :
  • Tidak panik dan hadapi dengan pikiran yang tenang. Jika berada di dalam rumah maka segera keluar. Namun jika berada di dalam gedung dan tidak memungkinkan untuk keluar, maka berlindunglah di bawah meja.
  •  Jika berada di luar ruangan, menjauhlah dari bangunan, tiang atau pohon besar. Selalu waspada, untuk mengantisipasi adanya gempa susulan.
  •    Ketika sedang berada di rumah, matikan alat-alat elektronik, kompor, atau alat-alat yang dapat menimbulkan kebakaran ketika gempa terjadi.
  •  Jika sedang mengendarai kendaraan, kurangi kecepatan dan segera menepi, dan jangan berhenti di jembatan atau jalan layang.
  •     Utamakan keselamatan jiwa dari pada harta benda.
D.   Cara menghadapi tsunami 


Bila ada tanda-tanda akan terjadi Tsunami, tindakan yang harus kita lakukan adalah
  •    Secepat mungkin menjauh dari pantai
  •  Segera mencari tempat yang lebih tinggi
Tetap berada di tempat aman sampai keadaan benar-benar aman, karena gelombang tsunami biasanya terjadi lebih dari satu kali.
Kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah sangat penting untuk mengurangi resiko dari bencana alam. Bantuan untuk korban bencana alam dapat disalurkan melalui pemerintah, lembaga sosial, atau perorangan. Untuk mengkoordinasi penyaluran bantuan, pemerintah membentuk Bakornas (Badan Koordinasi Nasional) penanggulangan bencana di tingkat pusat, dan Satkorlak (Satuan Koordinasi Pelaksana) penanggulangan bencana di tingkat daerah/provinsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar